( 1 )
Di Tanah Air kita ; Malaysia , perkataan " Warung Kopi " ( Dieja dengan " U " , bukannya " O " = warOng ), merujuk kepada sebuah gerai atau kedai makanan / minuman kelas bawahan = kelas orang kebanyakan.
Pandangan kebanyakan masyarakat kita mengenai istilah " Warung Kopi " ( dipanggil juga " Kedai Kopi " ) berbeza dengan apa yang disebut sebagai " Restoran " ataupun " Kafe " ( Cafe ).
( Pemandangan sebuah Warung Kopi "Starbucks Coffee" di Pekan Beranang, Selangor Darul Ehsan )
Dan sudah tentu " Warung Kopi " kelasnya lebih rendah berbanding " Cafe " seperti Starbucks Cafe, Old Town White Coffee House dan seumpamanya.
Di Indonesia juga ( khasnya Kepulauan Jawa ), masyarakat di sana memanggilnya dengan gelaran " WARONG KOPI " ( dieja dengan " O " , bukannya " U " sebagaimana di dalam Bahasa Melayu Malaysia ).
" WARONG KOPI " juga diistilahkan oleh mereka dengan nama ringkasnya " WARKOP ".
( Pemandangan sebuah Warung Kopi @ WarKop di Jawa Tengah )
Yang nyatanya samada ia di Malaysia ataupun dsia, " WARUNG KOPI " bukanlah setaraf ( sekelas ) dengan " Restoran " ataupun " Kafe ".
( 2 )
Apa ada pada " Warung Kopi " ?.
Itulah soalan untuk tulisanku kali ini. Soalan itu bukan bertanya mengenai apa yang dijual di situ ?. Ya, sudah pastilah yang dijual itu makanan dan minuman serta tak lupa juga , rokok !. Kadang-kadang ada juga warung kopi yang turut menjual " Jamu " dan " Ubat Tradisional " , sebagaimana yang sering terdapat di warkop-warkop di Indonesia.
Bukankah apa yang dipanggil sebagai " Warung Kopi " itu adalah sebuah gerai / kedai makanan dan minuman kelas bawahan @ kelas orang kebanyakan ?. Artinya = Ia adalah satu tempat yang banyak didatangi oleh kebanyakan rakyat.
Jadi, Apa yang ada pada " Warung Kopi " ?.
Apa yang ada pada " Warung Kopi " hingga golongan yang elit ( berjawatan besar dan kaya ) juga sanggup " mencemar duli " dan singgah di sebuah kedai / gerai makanan / minuman " rakyat marhaen " itu ?.
( 3 )
Apa ada pada " Warung Kopi " ?. Atau dengan bahasa yang lebih jelas ; Siapakah golongan manusia yang sering ditemui di warung - warung kopi itu ?.
Kita akan temui berbagai-bagai jenis manusia dengan berbagai tujuan mereka selain dari tujuan menikmati makanan dan minuman di situ ?.
Kebanyakan beranggapan warung kopi adalah tempat pertemuan kawan-kawan dan kenalan-kenalan ~ Lebih mudah berbanding bertemu di rumah. Di rumah kawan-kawan nanti mungkin membebankan si isteri untuk menyediakan makanan dan minuman tetamu yang datang . Berbual-bual pula tak boleh lama ( terutamanya bagi masyarakat kota ).
Akhirnya ; warung kopi yang asalnya sebagai sebuah tempat pertemuan kawan-kawan , menjadi pula sebagai sebuah tempat yang punyai berbagai manfaat lain , di antaranya :
~ Bagi " Kaki TV " ~ Golongan ini menjadikan warung kopi itu seumpama " mini cinema ". Apa yang ditonton ?, kebiasaannya rancangan drama kegemaran dan tidak sedikit juga yang menonton gusti dan bola sepak.
Bukan di rumah tidak ada TV. Ya, ada, bahkan TV sebesar 42' inci lagi. Tapi bukankah lebih seronok menonton TV beramai-ramai dengan kawan-kawan sambil berbual-bual dan mendengar ulasan-ulasan " percuma tanpa dibayar oleh pihak penaja rancangan " dari mulut kawan-kawan yang ikut sama menontonnya ?.
~ Bagi " Kaki Bisnes " ~ Tidak kiralah apa bisnes pun termasuklah " Direct Selling " dan " Multi-Level Marketing ( MLM ) " . Warung Kopi merupakan satu tempat yang agak strategik untuk berbincang mengenai bisnes yang dilakukan. Bahkan ada yang datang ke warung kopi dengan membawa fail-fail berisi produk-produk perniagaan mereka. Tak kurang juga yang membawa " laptop " ( komputer riba ). Bahkan ada yang bertemu bakal pelanggan , bakal prospek dan bakal " downline " di warung kopi. Pendek kata ; selagi ada usaha dan malu ditolak ke tepi, insya-Allah akan ada " lubang-lubang rezeki " walaupun di warung kopi.
~ Bagi " Kaki Bersembang-Sembang / Berborak-Borak / Berbual-Bual " ~ Inilah golongan yang paling banyak mendatangi warung kopi. Apa yang diperbualkan mereka ?. Macam-macam ada !!! . Dari topik internasional hinggalah topik nasional . Politik , Sosial, Ekonomi, Gossip dan Skandal Selebriti-Selebriti bahkan hingga ke topik-topik agama pun dibawa sebagai bahan perbualan di warung kopi.
~ Bagi " Pencari Teman Hidup " ~ Warung Kopi juga menjadi " port " mereka. Samada orang yang diminati itu adalah orang yang sering ke warung itu atau mungkin juga pekerja-pekerja di warung itu ( atau mungkin juga tokey warung itu ) . He He He ..... !!! Jangan main-main !, memang ada yang bertemu jodoh di warung kopi dan tak dinafikan juga ada yang bertemu jodoh dengan pekerja-pekerja warung itu. Tak kiralah pekerja-pekerja itu orang tempatan ataupun import ( biasanya dari Indonesia ataupun Thailand ).
~ Bagi seseorang yang bergelar " YB " ( Yang Berhormat ) = Orang Politik . Setidak-tidaknya Tok Penghulu ataupun Ketua Kampung. Kalau warung kopi ini disisihkan dari agenda lawatan harian / mingguan mereka , alamat tak lamalah jangka hayat karier politik mereka .
Kenapa ??? . Cuba lihat golongan-golongan yang ada di warung kopi itu ?. Bukankah hampir semua golongan ada di warung kopi ?. Dan bukankah tugas utama orang politik adalah " untuk memenangi hati manusia " ???.
Maka, jika tidak ke kedai kopi , ke manakah lagi ( Selain dari masjid, padang dan pasar ) ?.
( 4 )
Semasa aku bertugas sebagai " orang kuat " kepada seorang menteri di tanah air kita ini. Banyak juga cadangan yang kuberikan kepadanya. Cadangan itu bukanlah untuk kebaikan karierku ataupun " boss " aku itu semata-mata. Bahkan, ia ada kebaikan untuk rakyat dan memang sah ia memang berguna termasuklah untuk jangka-hayat karier politik " boss " aku itu.
Apa yang aku cadangkan ???. Aku tidak lokek untuk turunkan hal itu di sini walaupun aku tidak lagi menjadi " orang kuat " mana-mana orang politik !. Kalau anda memang sedang bertugas / berkhidmat dengan mana-mana " orang politik ", silakan mempraktikkan cadangan ini. Insya-Allah, bukan sekadar rakyat dan masyarakat menjadi senang, anda dan " boss " anda itu juga akan senang dan disenangi.
Pernah aku cadangkan kepada " boss " aku itu dulu : " Boss, apa kata, setiap seminggu sekali , boss tak perlu masuk awal ke ofis. Tapi boss duduk di mana-mana warung kopi di dalam kawasan boss. Ambillah masa dari pukul 8.00 - 11.00 pagi sebagai contoh. Di situ ramai rakyat akan bertemu dengan boss. Boss bukan sahaja dapat menyelami masalah-masalah rakyat bahkan boss akan dianggap sebagai " mesra rakyat ". Saya dan pembantu-pembantu khas akan datang membantu dengan membawa sama fail-fail dan laptop . Wang ringgit untuk belanja rakyat di situ usah boss khuatirkan. Insya-Allah, akan ada mana-mana orang yang akan belanja sebab mereka senang melihat boss menjadi mesra rakyat ".
Boss aku yang bergelar " YB " itu rupa-rupanya tidak menganggap cadangan aku itu sebagai satu keutamaan ( prioriti ), samada untuk karier politiknya ataupun untuk masyarakat dan rakyatnya. " Hai !, benda yang simple macam tu pun tak mau dibuat !. Tak sempat nak buat ke atau tak menyediakan kesempatan untuk buat ?" ; rungutku di dalam hati. " Alah, biarlah dia !. Mungkin dia tak sayang kariernya dan dia pun memang bukan jenis senang nak ikut pandangan dan cadangan orang " ; rungut hatiku lagi.
Dalam dok sibuk-sibuk aku cuba pujuk " boss " aku itu untuk tetap melaksanakan cadanganku itu, tiba-tiba " musuh politiknya " yang melaksanakannya. Dibentang kain rentang tertulis " YB ........... bersama rakyat di warung kopi ini " . Dibuat pula seminggu sekali . Hairan juga aku , dari mana dia dapat idea yang sama macam aku ?. Tapi yelah, aku juga insaf dan sedar bahawa seseorang " YB " itu memang kena kreatif dan fikirannya kena " ligat " mencari jalan bagaimana untuk memenangi hati rakyat jelata.
Akhirnya, " boss " aku yang asyik tak sempat ( atau asyik tak beri kesempatan ) untuk melaksanakan banyak cadangan dan pandangan orang, " bungkus karier politiknya " walaupun baru menduduki " kerusi sang menteri " tak sampai satu penggal." Bukankah aku dah cakap dulu, tak mau dengar " ; kesal hatiku.
Memang bukan mudah menjadi seorang " YB " @ " Orang Politik " ..... Jika mau bertahan lama, kena rajin " turun padang " , kepentingan peribadi kena banyak dikorbankan. Janji kena ditepati. Masa dan jadual perlu diurus sebaik-baiknya. Banyak alasan untuk " tidak hadir ke mesyuarat atau majlis yang melibatkan pemimpin dan rakyat " kena ditolak ke tepi. Kemewahan hidup usah ditonjol-tonjolkan . Gossip-gossip liar harus bijak ditepis.Pandangan pembantu-pembantu termasuklah pekerja-pekerja mesti didengar dengan baik. Semua yang biasa membantu, mesti dihargai dan dijaga kebajikannya.
Yang paling penting dalam dunia politik , wang ringgit jangan lokek @ kedekut !!!.
Tak mungkin anda akan " naik " hanya mengharapkan " ihsan " dan " sumbangan wang " orang lain kepada anda !!!.
( 5 )
Sesetengah orang beranggapan bahawa orang yang bergelar " ustaz / pendakwah / pak lebai " tak sepatutnya jadi " kaki lepak di warung kopi ". Anggapan mereka hal itu akan " menurunkan darjat ( maqam ) " seseorang ustaz / pendakwah / pak lebai itu.
Namun, sejauh manakah kebenaran sikap dan pandangan sebegitu ?.
Jika sekadar " lepak dan sembang-sembang kosong " , memang tidak perlulah. Tapi jika di warung kopi itulah boleh menjadi satu tempat sebahagian manusia boleh memanfaatkan ilmu seseorang ustaz / pendakwah / pak lebai, tidak ada salahnya golongan " agamawan " itu sering bertandang ke situ.
Ada manusia yang malu untuk bertanya di masjid ataupun di surau. Tapi di warung-warung kopi mereka tidak segan-silu mahu mendapatkan jawapan yang memuaskan hati dari ustaz / pendakwah / pak lebai itu.
Golongan " agamawan " atau lebih tepat disebut sebagai " pendakwah " mesti bijak memanfaatkan apa sahaja yang ada di sekelilingnya untuk tujuan dakwah.
Golongan pendakwah harus lebih kreatif berbanding orang-orang politik dan orang-orang bisnes.
Golongan " agamawan " bukanlah " Golongan Yang Arif Hakim-Hakim " yang memang punyai etika untuk tidak bergaul secara terbuka dengan masyarakat.
Bukankah Al-Imam Hassan al-Banna yang terkenal itu juga sering turun ke " Maqha Shisha " ( Warung Kopi & Shisha ) untuk berdakwah !?.
" Pendayung sudah ada di tangan, apa lagi yang ditunggu ? ".
Sekian. Moga ada manfaatnya.
Pernah aku cadangkan kepada " boss " aku itu dulu : " Boss, apa kata, setiap seminggu sekali , boss tak perlu masuk awal ke ofis. Tapi boss duduk di mana-mana warung kopi di dalam kawasan boss. Ambillah masa dari pukul 8.00 - 11.00 pagi sebagai contoh. Di situ ramai rakyat akan bertemu dengan boss. Boss bukan sahaja dapat menyelami masalah-masalah rakyat bahkan boss akan dianggap sebagai " mesra rakyat ". Saya dan pembantu-pembantu khas akan datang membantu dengan membawa sama fail-fail dan laptop . Wang ringgit untuk belanja rakyat di situ usah boss khuatirkan. Insya-Allah, akan ada mana-mana orang yang akan belanja sebab mereka senang melihat boss menjadi mesra rakyat ".
( Gambar : Y.B Drs. Idham Lim - ADUN Titi Serong, Perak - Bersama-sama rakyat di sebuah Warung Kopi )
Boss aku yang bergelar " YB " itu rupa-rupanya tidak menganggap cadangan aku itu sebagai satu keutamaan ( prioriti ), samada untuk karier politiknya ataupun untuk masyarakat dan rakyatnya. " Hai !, benda yang simple macam tu pun tak mau dibuat !. Tak sempat nak buat ke atau tak menyediakan kesempatan untuk buat ?" ; rungutku di dalam hati. " Alah, biarlah dia !. Mungkin dia tak sayang kariernya dan dia pun memang bukan jenis senang nak ikut pandangan dan cadangan orang " ; rungut hatiku lagi.
Dalam dok sibuk-sibuk aku cuba pujuk " boss " aku itu untuk tetap melaksanakan cadanganku itu, tiba-tiba " musuh politiknya " yang melaksanakannya. Dibentang kain rentang tertulis " YB ........... bersama rakyat di warung kopi ini " . Dibuat pula seminggu sekali . Hairan juga aku , dari mana dia dapat idea yang sama macam aku ?. Tapi yelah, aku juga insaf dan sedar bahawa seseorang " YB " itu memang kena kreatif dan fikirannya kena " ligat " mencari jalan bagaimana untuk memenangi hati rakyat jelata.
Akhirnya, " boss " aku yang asyik tak sempat ( atau asyik tak beri kesempatan ) untuk melaksanakan banyak cadangan dan pandangan orang, " bungkus karier politiknya " walaupun baru menduduki " kerusi sang menteri " tak sampai satu penggal." Bukankah aku dah cakap dulu, tak mau dengar " ; kesal hatiku.
Memang bukan mudah menjadi seorang " YB " @ " Orang Politik " ..... Jika mau bertahan lama, kena rajin " turun padang " , kepentingan peribadi kena banyak dikorbankan. Janji kena ditepati. Masa dan jadual perlu diurus sebaik-baiknya. Banyak alasan untuk " tidak hadir ke mesyuarat atau majlis yang melibatkan pemimpin dan rakyat " kena ditolak ke tepi. Kemewahan hidup usah ditonjol-tonjolkan . Gossip-gossip liar harus bijak ditepis.Pandangan pembantu-pembantu termasuklah pekerja-pekerja mesti didengar dengan baik. Semua yang biasa membantu, mesti dihargai dan dijaga kebajikannya.
Yang paling penting dalam dunia politik , wang ringgit jangan lokek @ kedekut !!!.
Tak mungkin anda akan " naik " hanya mengharapkan " ihsan " dan " sumbangan wang " orang lain kepada anda !!!.
( 5 )
Sesetengah orang beranggapan bahawa orang yang bergelar " ustaz / pendakwah / pak lebai " tak sepatutnya jadi " kaki lepak di warung kopi ". Anggapan mereka hal itu akan " menurunkan darjat ( maqam ) " seseorang ustaz / pendakwah / pak lebai itu.
Namun, sejauh manakah kebenaran sikap dan pandangan sebegitu ?.
Jika sekadar " lepak dan sembang-sembang kosong " , memang tidak perlulah. Tapi jika di warung kopi itulah boleh menjadi satu tempat sebahagian manusia boleh memanfaatkan ilmu seseorang ustaz / pendakwah / pak lebai, tidak ada salahnya golongan " agamawan " itu sering bertandang ke situ.
Ada manusia yang malu untuk bertanya di masjid ataupun di surau. Tapi di warung-warung kopi mereka tidak segan-silu mahu mendapatkan jawapan yang memuaskan hati dari ustaz / pendakwah / pak lebai itu.
Golongan " agamawan " atau lebih tepat disebut sebagai " pendakwah " mesti bijak memanfaatkan apa sahaja yang ada di sekelilingnya untuk tujuan dakwah.
Golongan pendakwah harus lebih kreatif berbanding orang-orang politik dan orang-orang bisnes.
Golongan " agamawan " bukanlah " Golongan Yang Arif Hakim-Hakim " yang memang punyai etika untuk tidak bergaul secara terbuka dengan masyarakat.
Bukankah Al-Imam Hassan al-Banna yang terkenal itu juga sering turun ke " Maqha Shisha " ( Warung Kopi & Shisha ) untuk berdakwah !?.
" Pendayung sudah ada di tangan, apa lagi yang ditunggu ? ".
Sekian. Moga ada manfaatnya.
CINDAI PELANGI®
24-Ramadhan-1430 Hijrah
14-September-2009 Masihi
KUALA LUMPUR
Posted on : 18-Oktober-2009
24-Ramadhan-1430 Hijrah
14-September-2009 Masihi
KUALA LUMPUR
Posted on : 18-Oktober-2009
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Nota: Hanya ahli blog ini sahaja yang boleh mencatat ulasan.